P T K

Contoh P T K :

A. JUDUL PENELITIAN


Perbandingan  Efektifitas  Metode Drill Dengan Metode Demonstrasi Dalam Mengajarkan Alat Musik Recorder Sopran Kelas VIII A SMP Negeri 3 Purwantoro.
  
                                                              



B. LATAR BELAKANG


Dalam merencanakan proses belajar mengajar dari seorang guru dituntut untuk dapat menentukan langkah-langkah yang sistematis dan efektif. Hal ini dilakukan karena tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan khususnya pendidikan seni musik yang mencakup tiga aspek yaitu  aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor.

Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar guru harus mengusahakan metode yang tepat yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Pengertian metode di sini adalah prosedur atau cara yang ditempuh dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Sehubungan dengan ini Jamalus mengatakan bahwa “metode penyajian dalam proses belajar mengajar ialah seperangkat upaya yang direncanakan dan disusun dengan tujuan menciptakan suasana belajar mengajar yang menguntungkan”.
Jadi perlu adanya perencanaan untuk mencapai tujuan yang akan dicapai. Disamping kompetensi keguruan lainnya, dari segi internal siswa, seorang guru perlu mengetahui bahwa kemampuan tiap siswa dalam bidang musik berbeda- beda. Ada siswa yang mampu dalam pelajaran teori musik tetapi lemah dalam pelajaran vocal atau sebaliknya, ada siswa yang lemah dalam teori musik dan vocal, tetapi dalam hal memainkan salah satu alat musik mungkin cukup terampil, hal ini perlu mendapat perhatian dari guru agar dalam memberikan evaluasi kepada siswa tetap objektif.


Didalam kurikulum SMP tahun 1984, tentang Garis–garis Besar Program pengajaran ( GBPP ) bidang studi musik, dinyatakan dalam Tujuan Instruksional Umum (TIU), pengetahuan tentang teknik memainkan alat musik, dan mampu menerapkannya dalam bermain musik, baik secara perorangan maupun bersama-sama. Penulis dalam penelitian tindakan kelas ini memilih alat musik recorder sopran sebagai sarana pengajaran karena alat musik tersebut dapat terjangkau harganya oleh siswa, praktis untuk dibawa ke sekolah serta cara memainkannya pun relatif mudah.
Mengajarkan alat musik recorder sopran berarti mengajarkan penguasaan keterampilan psikomotor, karena melibatkan otot – otot jari tangan. Ada beberapa jenis metode pengajaran seni musik. Alternatif metode yang termasuk kategori pengajaran keterampilan psikomotor ialah metode driil dan metode demonstrasi. Menurut pengamatan penulis pengajaran alat musik recorder sopran di sekolah – sekolah, guru hanya cukup mendemonstrasikan. sehingga dalam interaksi kegiatan belajar mengajar gurulah yang lebih aktif. Situasi demikian cenderung membuat siswa pasif, sehingga keterampilan siswa kurang terbentuk, dan akibatnya hasil pengajaran kurang memuaskan.

Padahal dalam mengajarkan alat musik recorder sopran yang dominan mengandung aspek psikomotor, perlu dengan cukup mengajarkan keterampilan berupa latihan – latihan dari pelajaran yang telah diberikan.Untuk menciptakan suasana demikian perlu diterapkan metode pengajaran yang dapat mendorong siswa untuk lebih aktif, sehingga dapat dicapai hasil belajar yang optimal. Metode pengajaran yang dimaksud yaitu metode drill, metode yang digunakan guru dalam mengajar dengan melatih keterampilan dan ketangkasan siswa dengan cara mengulang untuk membiasakan gerakan secara otomatis. Penerapan metode drill boleh dikatakan jarang dilakukan di kelas jika dibandingkan dengan metode demonstrasi dalam mengajarkan alat musik recorder sopran.

Metode drill lebih menekankan kepada pengulangan dengan tujuan mencapai gerak otot secara otomatis, sedangkan metode demonstrasi lebih menekankan segi peniruan dan penggunaan konsep. Berdasarkan pernyataan di atas, terdapat perbedaan karakter kedua metode tersebut. Agar mendapat gambaran yang lebih jelas, dalam penelitian tindakan kelas ini penulis tertarik untuk meneliti perbandingan kedua metode tersebut terhadap hasil belajar siswa dalam mempelajari alat musik recorder sopran.



C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah pada penelitian tindakan kelas ini adalah:

“ Perbandingan efektifitas metode drill dengan metode demonstrasi dalam mengajarkan alat musik recorder sopran di kelas VIII A SMP Negeri 3 Purwantoro”.Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka dapat dirumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah metode drill lebih efektif dibandingkan dengan metode demonstrasi dalam mengajarkan  alat musik recorder sopran di kelas VIII A SMP Negeri 3 Purwantoro? Atau
2. Apakah metode demonstrasi lebih efektif dibandingkan dengan metode drill dalam mengajarkan alat musik recorder sopran di kelas VIII A SMP Negeri 3 Purwantoro ?

D. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini dimaksudkan untuk :
1. Mengumpulkan data tentang nilai hasil belajar recorder sopran di kelas VIII A SMP Negeri 3  Purwantoro  melalui metode dril.
2. Mengumpulkan data tentang nilai hasil belajar recorder sopran di kelas VIII A SMP Negeri 3 Purwantoro melalui metode demonstrasi.
3. Membandingkan keefektifan antara metode driil dengan metode demonstrasi dalam mengajarkan alat musik rekorder sopran di kelas VIII A SMP Negeri 3 Purwantoro.

E. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat berguna untuk :

1. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A SMPN 3 Purwantoro  dalam memainkan alat musik recorder sopran dengan menggunakan metode drill.
2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A SMPN 3 Purwantoro dalam memainkan alat musik recorder sopran dengan menggunakan metode demonstrasi.
3. Meningkatkan motivasi siswa dalam memainkan alat musik  recorder  sopran dengan menggunakan metode drill maupun metode demonstrasi.

F. KAJIAN PUSTAKA

a). Hakikat Metode Mengajar

Penggunaan metode pengajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya guru, siswa, dan lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat B. Suryobroto : “Metode adalah cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan, makin tepat metodenya, diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan tersebut. Tetapi khususnya dalam bidang pengajaran di sekolah  ada beberapa faktor lain yang ikut berperan dalam menentukan efektifnya metode pengajaran, antara lain adalah faktor guru itu sendiri, faktor anak, dan faktor situasi (lingkungan belajar)”.

Metode mengajar yang digunakan dalam pengajaran musik banyak jenisnya, dan tiap jenis metode pengajaran pada umumnya dibicarakan secara terpisah. Namun dalam pelaksanaannya di kelas hampir tidak ada metode yang diterapkan sendiri secara terpisah. Biasanya yang dilakukan guru adalah gabungan dari beberapa metode. Seperti dikatakan oleh Jamalus bahwa : “ …. tidak ada satu pun metode yang paling ampuh dan sempurna. Tiap-tiap metode pengajaran mempunyai kelebihan dan kekurangannya”.

Begitu juga dalam mengajarkan alat musik recorder sopran, perlu digunakan metode yang tepat yang sesuai dengan tujuan pengajaran tersebut. Aspek psikomotor merupakan salah satu aspek yang dominan dalam mengajarkan recorder sopran, karena melibatkan gerakan otot-otot jari, bibir dan lidah.

Sehubungan dengan aspek psikomotor Bloom menyatakan :
“Psikomotor adalah kemampuan yang menekankan kepada keterampilan motorik atau gerakan motorik, keterampilan otot, dan beberapa kegiatan yang menghendaki koordinasi syaraf-syaraf otot”.

Selanjutnya Dave mengklasifikasi aspek psikomotor ke dalam 5 kategori, dari tingkatan yang rendah sampai pada tingkat yang paling tinggi yaitu :

1. Imitation ( peniruan ) : suatu keterampilan untuk menirukan sesuatu yang telah dilihat, didengar dan dialaminya.
2. Manipulation ( penggunaan Konsep ) : keterampilan untuk menggunakan konsep dalam melakukan kegiatan.
3. Presition ( ketelitian ) : keterampilan yang berhubungan dengan kegiatan melakukan gerakan secara teliti dan benar.
4. Articulation ( rangkaian ) : keterampilan untuk merangkaikan bermacam macam gerakan secara berkesinambungan.
5. Naturalisation ( naturalisasi ) : keterampilan untuk melakukan gerakan secara wajar.


Selanjutnya Dave menyatakan bahwa “alternatif metode yang termasuk kategori pengajaran keterampilan psikomotor ialah metode demonstrasi dan metode dril”.

Sehubungan dengan itu Dave mengkategorikan aspek psikomotor yaitu :
Metode Demonstrasi adalah alternatif metode yang termasuk kategori metode pengajaran psikomotor tingkat imitation (peniruan) dan tingkat manipulation (penggunaan konsep).
sedangkan Metode Drill adalah alternatif metode yang termasuk kategori pengajaran keterampilan psikomotor tingkat resition ( ketelitian ), articulation (rangkaian) dan naturalisation (naturalisasi).

b) Hakikat Metode Demonstrasi

Mengenai metode demonstrasi Iman Szah Alipandie memberikan batasan sebagai berikut :
“Metode Demonstrasi ialah suatu metode mengajar yang dilakukan guru atau seseorang lainnya dengan memperlihatkan kepada seluruh kelas tentang suatu proses atau cara melakukan sesuatu.
Guru menjanjikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objeknya atau prosesnya. Selanjutnya Jusuf Djayadisastra berpendapat bahwa dalam metode ini peranan guru sangat menentukan karena kejelasan dari sesuatu yang dipertunjukkan dan dijelaskan tergantung dari cara guru tersebut memperlihatkannya.

Penggunaan metode demonstrasi khususnya, dalam mengajarkan alat musik recorder sopran, guru terlebih dahulu mendemonstrasikan seluruh lagu yang nantinya akan dimainkan oleh siswa. Peranan guru sangat besar karena dituntut untuk mampu menguasai alat musik yang nantinya akan dimainkan oleh siswa. Peranan guru sangat besar karena guru dituntut untuk mampu menguasai alat musik yang akan didemonstrasikan kepada siswa, dan guru harus dapat bermain sesempurna mungkin, seperti pendapat dari J.Brian Brocklehurat bahwa standar yang baik pada permainan recorder dapat dicapai hanya jika guru sendiri dapat bermain dan mendemonstrasikan alat musik tersebut dengan sempurna.
Jika perlu guru dapat mengulang kembali demonstrasi agar siswa memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang lebih jelas dan keterampilan yang lebih tinggi dengan berpartisipasi aktif dalam melakukan demonstrasi, setelah guru mendemonstrasikan cara memainkan alat musik recorder sopran, siswa segera dapat melakukannya.

Metode demonstrasi termasuk ke dalam metode pengajaran keterampilan psikomotor tingkat peniruan dan penggunaan konsep. Siswa dituntut untuk dapat mendemonstrasikan apa yang sedang dipelajarinya. Pada awalnya peniruan yang dilakukan siswa masih dalam tahap yang dasar. Setelah itu siswa harus dapat mencoba sendiri, dan diharapkan ia dapat belajar tanpa meniru lagi dan dapat menginterpretasikan lagu yang dimainkannya pada alat musik recorder sopran dengan benar. Hal ini akan berpengaruh positif bagi siswa yang aktif karena ia terus mencari dan mencoba untuk mendapatkan konsep yang paling benar dari hasil peniruannya. Tapi lain halnya bagi siswa yang pasif, keadaan ini tentu sangat menyulitkan karena siswa masih membutuhkan rangsangan untuk mendapat konsep yang benar.

Demonstrasi kurang efektif bila tidak diikuti dengan aktifitas, dimana siswa dapat bereksperimen dan menjadikan eksperimen itu pengalaman pribadi. Dengan mendapatkan pengalaman praktek bermain instrumen recorder sopran berarti setiap siswa telah mengalami dan merasakan sendiri pengaruh pengajaran musik yang makin sempurna. kemudian agar diketahui hasilnya baik oleh guru maupun teman sekolah, siswa diberi kesempatan untuk mendemonstrasikan alat musik tersebut di kelas.

Demikian perlunya metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar musik, di mana alat bantu pelajaran yang digunakan selalu membantu sekaligus mencegah verbalisme. Bukan kata-kata yang dijelaskan oleh guru akan tetapi peragaan atau demonstrasi melalui tindakan, karena dengan verbalisme akan membosankan siswa dalam belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Madyo Eko Susilo :
“Agar suatu lagu yang akan dipelajari dapat menarik perhatian siswa, demonstrasi guru sangat diperlukan. Demikian pula dalam menjelaskan beberapa aspek teori musik, misalnya tentang akor, birama, unsur ritmik, ansambel dan sebagainya. Jika hal-hal tersebut hanya dijelaskan tanpa contoh, akan memberikan kesan yang verbalistis”.

Adapun kelebihan dan kekurangan daripada metode demonstrasi adalah sebagai berikut :
Kelebihan- kelebihan  :


1. Membentuk pengertian yang baik dan sempurna karena siswa mengamati secara langsung permainan 
alat  musik recorder sopran.
2. Perhatian siswa dapat terpusat pada hal-hal penting yang didemonstrasikan oleh guru.
3. Siswa dapat menirukan atau melakukan dengan segera dan tepat sesuatu kecakapan yang memerlukan keterampilan motorik.



Kekurangan- kekurangan  :


1. Metode ini akan merupakan metode yang tidak wajar apabila alat musik yang didemonstrasikan tidak dapat diamati dengan seksama oleh siswa.
2. Setiap siswa dituntut untuk dapat mendemonstrasikan kembali setelah guru mendemonstrasikan alat musik recorder sopran. Hal ini tentu sangat memberatkan siswa yang baru mempelajari alat musik tersebut.
3. Guru mengira bahwa prinsip yang hendak ditonjolkan itu sudah jelas karena guru telah berkali kali mengulang mendemonstrasikan.
4. Guru tidak dapat mengadakan kontrol penuh terhadap respon siswa.
5. Siswa lebih banyak mengingat lagu yang telah didemonstrasikan oleh guru daripada membaca secara sadar penulisan notasi balok dalam lagu.

c. Hakekat Metode Drill

Terlepas dari metode demonstrasi untuk memperoleh ketangkasan dan keterampilan bermain rekorder sopran diperlukan latihan-latihan. Untuk latihan ini diperlukan metede drill atau metode latihan siap. Imansjah Alipandie memberikan batasan tentang metode drill atau metode latihan siap sebagai berikut:
“Metode latihan siap ialah cara mengajar yang dilakukan oleh guru dengan jalan melatih ketangkasan atau keterampilan para murid terhadap bahan pelajaran yang telah diterima.

Metode drill sangat tepat digunakan pada pelajaran yang memerlukan respon berupa tingkah laku. Pendapat lain menyatakan , metode drill adalah satu kegiatan melakukan hal yang sama, berulang ulang secara sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempurnakan suatu keterampilan, agar bersifat permanen. Dengan demikian pengulangan dari tingkah laku yang telah dipelajari disamping akan menguatkan tingkah laku juga menjadikan tingkah laku itu bagian dari siswa, sehingga siswa dapat melakukan permanen alat musik recorder sopran dengan mudah, dengan melakukan latihan-latihan yang sistematik, siswa akan terbiasa melakukan gerakan yang otomatis.

Perlakuan utama pada metode drill dalam mengajarkan alat musik recorder sopran, dengan memberikan latihan yang dilakukan secara berulang-ulang pada bagian lagu yang dianggap penting, umpamanya pada latihan tangga nada dan bagian lagu yang mempunyai pola ritmik dan teknik penjarian yang agak sulit
Teknik penjarian merupakan hal yang sangat penting dalam mengajarkan alat musik recorder sopran. Teknik penjarian ini dapat dilatih secara berulang ulang untuk membiasakan gerakan jari secara otomatis. Sehubungan dengan latihan penjarian Latipah Kodijat menyatakan bahwa “ Penjarian yang baik adalah setengah hasil pekerjaan” pengaruh latihan pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya memiliki situasi yang berbeda-beda terhadap peningkatan keterampilan siswa. Selanjutnya guru melakukan koreksi terhadap respon siswa. Jika terjadi kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa maka guru dengan segera melakukan perbaikan-perbaikan”.

Metode drill merupakan alternatif metode yang termasuk kategori metode pengajaran keterampilan psikomotor tingkat presition( ketelitian), articulation ( perangkaian), Naturalitation( naturalisasi). Dalam tingkat presition siswa menunjukkan permainan alat musik recorder sopran dengan teliti dan benar, sesuai dengan unsur- unsur musik tersebut misalnya irama, birama, nada, harmoni, dan ekspresi.
Irama adalah jiwa, kehidupan, vitalitas musik. Dan birama adalah kerangka lagu, yang memberikan bentuk kepada lagu. Memainkan lagu dengan irama yang salah akan merubah watak lagu. Nada adalah bahan pokok dari lagu. Deretan nada- nada (melodi) mempertinggi daya ungkap perasaan yang ada dalam kalimat lagu.

Unsur- unsur musik tersebut dapat diterapkan secara benar dalam memainkan alat musik recorder sopran, jika melakukan latihan secara rutin dan kontinu.
Untuk tingkat articulation, siswa dapat menunjukkan permainan alat musik recorder sopran secara berkesinambungan dan lancar.
Sedangkan tingkat naturalisation, siswa dapat mengekspresikan lagu yang dibawakannya pada alat musik recorder sopran dengan wajar. Dalam memberikan latihan-latihan guru pun harus kreatif dalam usahanya mempertahankan minat siswa untuk terus berlatih. Sebab pengulangan yang dilakukan secara terus menerus umumnya akan membosankan siswa. Jadi diperlukan kesabaran, keuletan, dan ketekunan dari guru.
Hal pertama yang dimengerti oleh siswa adalah bahwa berlatih berarti mengulang. Setelah beberapa kali berlatih, gerakan ini akan menjadi suatu kebiasaan, dan kita tak perlu berfikir lagi. Jari akan bergerak secara otomatis tanpa diarahkan secara sadar oleh otak.



Semula metode ini berasal dari Herbart yang terkenal dengan teori asosiasinya, yang pada pokoknya berpendapat, dengan mengulang-ngulang pelajaran akan memperkuat tanggapan dan ingatan siswa. Ciri khas dari metode ini adalah kegiatan berupa pengulangan berkali kali dari suatu hal yang sama. Pengulangan ini sengaja dilakukan berkali-kali agar asosiasi antara stimulus (S) dan respon (R) menjadi sangat kuat.

Secara sederhana hal ini dapat digambarkan sebagai berikut :
            Latihan ke-1 S ………… R (asosiasi masih ragu ragu)
            Latihan ke-2 S  . . . . . . . . R (asosiasi masih ada)
            Latihan ke-3 S ________ R (asosiasi mulai kuat)
            Latihan ke-4 S ======= R (asosiasi sangat kuat)
Dengan pengulangan berkali-kali asosiasi yang timbul akan mengalami perubahan yang bertahap. Hal ini berarti koordinasi suatu gerak motorik dapat tercapai jika melakukan berkali-kali secara kontinu.

Adapun kelebihan dan kekurangan dari metode drill adalah sebagai berikut ;
Kelebihan-kelebihan :
1. Metode drill sangat tepat digunakan untuk kecakapan motorik dengan tujuan melatih otomatisasi.
2. Metode ini mengajak siswa untuk dapat berlatih secara intensif untuk membiasakan gerakan secara 
otomatis.
3. Dengan metode drill guru dapat mengadakan kontrol penuh terhadap respon siswa dalam memainkan   alat musik recorder sopran.

Kekurangan-kekurangan :
1. Latihan di bawah pengawasan yang ketat dan dalam suasana yang sering mudah sekali menimbulkan 
kebosanan dan kelelahan siswa.
2. Latihan-latihan yang selalu diberikan di bawah bimbingan guru dapat mematikan inisiatif siswa.
3. Drill yang tidak dapat dipahami tujuan dan kemanfaatannya dapat menimbulkan sifat verbalisme.
4. Karena tujuan latihan adalah untuk mengokohkan asosiasi tertentu maka murid akan merasa asing 
terhadap stimulus-stimulus baru.

D. Bermain Alat Musik Recorder

Dalam mempelajari alat musik recorder sopran secara teoretis akan dijelaskan tentang jenis-jenis recorder, bagian-bagian recorder sopran, dan teknik memainkannya.

a. Jenis jenis recorder sopran

Seperti alat tiup musik lainnya, recorder mempunyai keluarga tersendiri dimulai dari ukuran yang terkecil hingga yang terbesar. Pada umumnya dikenal 5 (lima) jenis yaitu : sopranino, sopran, alto, tenor dan bass. Recorder sopran tergolong jenis alat musik tiup (wood wind), dan sekarang sudah banyak diproduksi dari bahan ebonite. Alat musik recorder sopran dikelompokkan dalam alat musik melodis karena berfungsi sebagai melodi yang merupakan rentetan nada yang mengalir secara ritmis.

Sehubungan dengan hal itu Sunaryo mengatakan melodi yang diciptakan dapat ditambah daya pengungkapannya dengan memberi warna nada (timbre). Warna nada (timbre) yang keluar dari instrumen itu tidak menetapkan suasana yang sebenarnya, melainkan lebih memberi tekanan pada ekspresi melodinya. Dikatakan selanjutnya, ciri khas yang dimiliki recorder (seruling) yaitu memberi suasana/perasaan di alam bebas misalnya suasana pohon yang rindang, sawah yang terbentang, dan padang alang-alang yang tertiup angin.

b. Bagian-bagian recorder sopran

Bagian-bagian recorder sopran dapat dilihat pada gambar di bawah ini :















c. Teknik bermain alat musik rekorder sopran

Sikap dalam memainkan alat musik recorder sopran bisa dilakukan dengan duduk atau berdiri. Keduanya memerlukan sikap badan yang tegak dan bahu bersikap wajar.

Hal ini diungkapkan oleh Margaret B. dan Elizabeth P dalam bukunya “ How to play The Recorder “, bahwa pada waktu memegang recorder kedua tangan tergantung bebas agak juga dari badan. Ketegangan tangan harus dihindarkan. perlu diusahakan kedudukan tangan dengan garis tegak tubuh membuat sudut 40 derajat sampai dengan 60 derajat.

Teknik yang paling pokok dalam memainkan alat musik recorder sopran yaitu teknik pernapasan, teknik penjarian, dan teknik tiupan ( produksi nada). Teknik pernapasan yang digunakan dalam meniup alat musik recorder sopran ialah dengan teknik pernapasan perut / diafragma, seperti pada teknik menyanyi. Untuk teknik penjarian selanjutnya Agus Setiana menyatakan, penjarian yang baik adalah menutup lubang- lubang recorder sopran dengan jari bagian atas dari ruas yang paling ujung. Dan untuk teknik tiupan agar produksi nada yang tepat, siswa melakukan teknik pembentukan nada-nada tinggi dan nada rendah. Untuk membunyikan nada- nada tinggi, yang harus diperhatikan adalah bentuk mulut (terutama lidah). Bentuk mulut (lidah) seperti mengucapkan suku kata ” ti...”., dan tenggorokan sedikit ditekan agar salurannya menyempit, Dengan demikian udara yang telah didorong oleh diafragma akan keluar dengan tekanan keras, tekanan demikian yang diperlukan untuk membunyikan nada-nada tinggi. Sedangkan untuk membunyikan nada-nada rendah mulut kita seakan akan mengucapkan suku kata “tu...”.  Besarnya hembusan udara harus lebih diperkirakan jika dibandingkan dengan meniup nada-nada tinggi. Tiupan yang baik akan menghasilkan bunyi nada yang baik pula.

G. RENCANA TINDAKAN

Populasi penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VIII A yang berjumlah 32 orang yang terbagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok 1 yang berjumlah 16 orang dan kelompok 2 dengan jumlah 16 orang, Setelah itu diundi untuk menentukan kelas dan metode pengajaran yang akan digunakan. Dari pengundian ditentukan, kelompok 1 diberi pengajaran dengan metode drill dan kelompok 2 diberikan pengajaran dengan metode demonstrasi.

INSTRUMEN PENELITIAN

Tes yang diberikan berupa tes perbuatan, sedangkan materi yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa dalam bermain recorder sopran adalah sebagai berikut:

Instrumen yang digunakan berupa tes kemampuan memainkan alat musik recorder sopran, yang terdiri tiga bentuk tes. Bentuk tes pertama memainkan 1 buah tangga nada, bentuk kedua memainkan lagu I (lagu Soleram) dan bentuk ketiga memainkan lagu II ( lagu Ibu Kita Kartini).
Nilai tertinggi yang dapat dicapai adalah 100 dengan rincian, bentuk pertama terdiri dari 2 kriteria, nilai maksimal yang dapat dicapai adalah 20. Bagian kedua dan ketiga masing-masing terdiri tiga kriteria penilaian, nilai maksimal yang dapat dicapai oleh tiap-tiap bagian adalah 40. Jadi secara keseluruhan kriteria penilaian ada delapan.

Untuk lebih jelasnya, format pengujian instrumen  penelitian adalah sebagai berikut :
                                                                                                                                                                                       
NO
          KELOMPOK
ASPEK  YANG DIUJI /           
        Skor maksimal
    SKOR






a. Tempo                        (10) 



b. Ketepatan Nada        (10)

  1.
Lagu I : Soleram    :
c. Sikap                           ( 8 )


(Metode  DRILL)
d. Teknik                        (16)



e. Ekspresi                     (16)



               J U M L A H  >>







a. Tempo                       (10)



b. Ketepatan Nada       (10)

  2.
Lagu II : Ibu Kita Kartini  :
c. Sikap                         ( 8 )


(Metode  Domonstrasi)
d. Teknik                      (16)



e. Ekspresi                    (16)



                 J U M L A H >>



Skor Penilaian  :
1. Tangga nada, penilaian pada  :
a. Tempo , skor maksimal 10
b. Ketepatan nada, skor maksimal 10

2. Lagu I : Soleram, penilaian pada :
c. Sikap, skor maksimal 8
d. Teknik, skor maksimal 16
e. Ekspresi, skor maksimal 16

3. Lagu II : Ibu Kita Kartini, penilaian pada :
c. Sikap, skor maksimal 8
d. Teknik, skor maksimal 16
e. Ekspresi, skor maksimal 16

Jumlah skor maksmal = 100
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan oleh dua orang penguji, kemudian hasilnya dirata-ratakan.
Untuk validitas, digunakan validitas isi (content validity) yaitu sebuah tes untuk mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi yang diberikan.

TEKNIK ANALISIS DATA

Hipotesis Nol yang diuji
HO = Metode demonstrasi sama efektifnya dengan metode drill dalam mengajarkan alat musik rekorder
          sopran.
Hipotesis Statistik
HO = 1 = 2
HP = 1 > 2

Keterangan :
1 = Nilai rata-rata kelompok eksperimen
2 = Nilai rata-rata kelompok kontrol.
Data yang diperoleh akan dianalisis dengan rumus uji-t satu arah, pada taraf signifikansi 0.05.

Rumusan pengujian adalah :
t = x_1 – x_2x1^2 + x2^2 1 + 1
n_1 + n_2 – 2 n_1 n_2

Keterangan :
x_1                  = mean dari kelompok yang menggunakan metode drill
 x_1         = mean dari kelompok yang menggunakan metode demonstrasi
 x1^2       = jumlah skor simpangan yang dikuadratkan dari kelompok yang menggunakan metode drill.
 x2^2       = jumlah skor simpangan yang dikuadratkan dari kelompok yang menggunakan metode demonstrasi
 n_1         = jumlah sampel dari kelompok yang menggunakan metode drill
 n_2         = jumlah sampel dari kelompok yang menggunakan metode demonstrasi

JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

Siklus 1 dilaksanakan pada tanggal ................ dan .......................
Siklus 2 dilaksanakan pada tanggal ................ dan .......................

ANGGARAN BIAYA KEGIATAN

Rincian Biaya yang diusulkan :
Pemasukan Dana dari ...........                                                    =  Rp. 600.000,00
Pengeluaran  :
a) Transport penguji 2 orang @ Rp. 100.000,00                       = Rp. 200.000,00
b) Biaya print Lembar Kerja, proposal, dan pelaporan              = Rp. 150.000,00
c) Dokumentasi                                                                        = Rp.   50.000,00
d) Biaya observasi                                                                    = Rp. 200.000,00
                                    Jumlah                                                 = Rp. 600.000,00



DAFTAR PUSTAKA  :

Ary, Donald, et, al. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan.
Terjemahan Arief Furchan. Surabaya : Penerbit Usaha Nasonal, 1982.
Departemen P dan K. Kurikulum Menengah Pertama (SMP) 1984. Jakarta : PN Balai Pustaka, 1988.
Djayadisastra, Yusuf. Metode-Metode Mengajar. Bandung Angkasa, 1982
IKIP Jakarta, Pedoman Penulisan Ilmiah. Jakarta : IKP Jakarta, 1986.
Jamalus, ed. Musik 4. Jakarta : Proyek Pengadaan Buku Sekolah Pendidikan Guru, 1981.
Setiana, Agus. Tuntunan Bermain Serulng Sopran. Jakarta : Penerbit Yayasan Musik Indonesia, 1982.
Soeharto, M. Belajar Main Rekorder. Jakarta Penerbit PT Gramedia, 1987.
Suryobroto, B. Mengenal Metode Pengajaran di Sekolah. Yogyakarta : Amarta, 1986